Jika waktu bisa diputar, aku ingin memutarkan detiknya saja biar terasa lamanya, iya lama. Lama saat kau mendekati ku dan lama saat kau mengenal ku.
Jodoh itu terkadang tidak seperti yang kita bayangkan pertemuannya. Bahkan imajinasi ku terlampau jauh untuk menginginkan pertemuan ku dengan seseorang di menara eiffel atau di Baker street, tapi ternyata harapanku pudar saat aku melihat sosok laki-laki yang berjalan menuruni anak tangga dan menatapku dengan penuh pelangi di bola matanya.
Tahun 2011. Kau ingat tahun itu? Iya, tahun itu pertama kali Tuhan mempertemukan kedua bola mata kita, Ia menjadikannya sebuah isyarat mengapa mata kita saat itu harus saling bertemu, Tuhan memberikan banyak teka-teki yang tak aku mengerti untuk bisa berkenalan denganmu. Walau saat itu hatiku sudah terisi, bukan berarti kau tak bisa memasuki celah dihatiku.
Awal yang ku anggap biasa namun bagimu adalah lembaran baru yang hebat, maaf jika kala itu aku tidak merasakan hal yang sama dengan hati yang berbunga dalam dirimu. Karena itulah lebih baik ku putar kembali detiknya yang lama, agar aku bisa merasakan lamanya kebahagiaanmu yang sudah kau persiapkan untukku.
“Hallo Bapak Kece!” Itu teriakan ku saat aku menatap mu, jujur saja aku tidak tahu mengapa ingin memanggilmu, dan saat kau melewati ku bersama teman-temanmu hanya kau yang ku perhatikan tingkahnya. Mungkin ini salah satu teka-teki yang Tuhan berikan untukku, agar aku tahu bahwa kau diciptakan dengan hati yang baik.
Waktu semakin berlalu, bantuan mu menyelamatkan ku dari masa depanku. Kau hadir disaat yang tepat walaupun hatiku sudah terisi, aku tidak ingin melukaimu dan dirinya. Karena aku tahu, luka itu sakit. Ku putuskan salah satu untukku, dan akhirnya hati ini mengatakan kalau kau orang yang terpilih untukku. Saat aku melepaskan seseorang yang sudah menemani ku 6 tahun lamanya, aku yakin kaulah yang tepat untukku dan aku tidak salah pilih kali ini.
Ternyata Tuhan memiliki banyak cara untuk menyatukan kita, mulai dari password portal ku yang error, tatapan mu yang membuatku memanggilmu dengan sebutan Bapak Kece, sampai akhirnya kau membantuku dalam mengerjakan tugas akhir kuliahku dan akhirnya kini kau menjadi milik ku.
Dear Aldy, atau orang yang sering ku panggil dengan sebutan “Pakce”. Aku harap kau kini baik-baik saja, tulisanku mungkin akan kau buka lagi disaat kau sudah tidak mampu lagi menjemputku sepulang aku dari kantor, disaat kau sudah tidak bisa lagi mendengarkan ku cerita semua tentang keluh kesah ku, disaat kau tidak bisa lagi mengajakku bercanda seperti dulu, disaat rambutmu berubah menjadi putih bukan botak lagi, disaat dirimu yang kuat sudah tidak bisa bergerak sekuat dulu lagi, tapi kau masih tetap ingat caranya untuk memegang erat tanganku, mengelus rambutku, mencubit pipi chubby ku yang mungkin pipi ini akan jadi kendur, disaat kau tahu bahwa kau mencintaiku sudah menjadi tugas mu hingga akhir nanti.
Mungkin tulisan ini akan ku baca disaat aku sudah tidak bisa berbicara seperti bocah lagi, tidak bisa mengajak Pooh bermain lagi, disaat aku kehabisan cerita untuk menceritakan hal-hal yang membuatku kesal dan saat itu mungkin aku sudah berhenti memarahimu lagi, disaat aku yang tidak bisa mencubit perut buncit mu lagi, disaat aku yang tidak bisa memijat punggungmu lagi saat kau pegal, disaat aku sudah mulai lupa dengan apa yang pernah terjadi, disaat rambut ku yang rontok mulai habis dan memutih, tapi aku selalu ingat siapa yang memegang tanganku erat, menciumku setiap hari, memeluk ku disaat hatiku goyah, menguatkan ku disaat aku terjatuh, mencintaiku tanpa ada syarat dan terus menemaniku sampai aku kembali pulang.
Dear Aldy, tulisan ini aku buat untuk terus ingat bahwa kau yang menjadi nafasku disaat paru-paru ku sudah tidak berfungsi lagi. Aku harus ingat, saat aku menangis orang pertama yang aku cari adalah dirimu, karena kaulah yang sebenarnya terus mengerti aku, dan jika aku terus menangis kaulah orang yang aku cari untuk ku peluk, karena aku tahu dirimu lah yang bisa membuatku tenang. Maafkan aku, apabila aku selalu memarahimu saat aku kesal, inipun bisa menjadi pengingatku bahwa kau selalu siap menjadi tempat ku marah ataupun senang. Maafkan aku jika aku tidak pernah terima nasehat mu dan aku selalu egois, tapi dirimu lah yang selalu mengalah atas ego ku sendiri, bodoh apabila aku mengatakan kau tidak pernah mengerti aku.
Dear Aldy, ingatkan aku jika aku tiba-tiba merasa bosan dan ingin terbang. Ingatkan aku bahwa pertemuan kita bukan sekedar seperti sepatu, tapi kita bagaikan langit dan matahari. Ingatkan aku selalu cerita tentang kita pertama kali saat kau mendekati ku jika aku mulai marah padamu, karena bagiku itu cerita dan memori terindah dalam hidupku.
Dear Aldy, jika aku mulai egois tolong jangan tinggalkan aku. Penganglah tanganku lebih erat agar aku tak terlepas. Jangan juga kau melepaskannya, karena dilubuk hatiku terdalam hanya dirimulah yang aku inginkan. Janganlah kau membentaku atau melawan ego ku, karena itu bisa membuatku terlepas darimu secara perlahan. Peluklah aku apabila aku semakin bertindak menyebalkan, karena itu yang dapat membuatku terdiam.
Dear Aldy,menikah denganmu adalah suatu keinginan dariku. Kaulah kebahagianku saat ini. Aku hanya bisa berdoa dan meminta pada Tuhan agar kau bisa menemaniku di pelaminan nanti dan namaku yang kau sebut di depan penghulu nanti.
Dear Aldy, jika kita sudah menikah nanti aku ingin kita bisa berlibur bersama, London adalah cita-citaku dan Greece adalah tempat yang ingin aku datangi bersamamu,jadi tolong bawalah aku ke dua tempat itu. Aku percaya, kau bisa membawaku kesana.
Dear Aldy, aku bukanlah seorang koki yang hebat seperti Ibumu. Jika kita sudah menikah nanti, aku mohon beritahulah aku apabila makanan ku tidak enak. Tapi tolong,jangan membuang makanannya, karena itu bisa membuat hatiku sakit. Tenanglah,urusan perutmu aku tahu harus bagaimana, aku akan berusaha menjadi koki yang hebat nanti saat kita sudah berumah tangga.
Dear Aldy, sebenarnya aku ingin memiliki anak yang banyak agar nanti rumah kita ramai dengan anak-anak kita dan nanti jika anak-anak kita sudah memiliki keluarga masing-masing, kita akan kedatangan banyak anggota baru yang lucu-lucu, yaitu cucu-cucu kita nanti. Tapi kalaupun harus 1, 2,3 atau lebih itu tidak masalah bagiku, yang penting saat kita punya anak kita besarkan anak kita dan mendidiknya dengan baik bersama. Aku yakin, kau akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita nanti.
Dear Aldy, jika kita sudah tua nanti, aku ingin kau tetap bersamaku dan menemaniku. Disaat aku membuka mata dan saat aku harus menutup mata lagi. Jika nanti kita sudah tidak bisa hang out seperti sekarang lagi, aku cuma ingin kau tetap memegang tanganku dengan erat dan sekali-kali kau mengajakku nonton live music concert, tidak perlu pergi ke taman musik lagi, cukup di TV saja.
Dear Aldy, would you be my last chapter of my love story? Would be mine for a long time in forever? Would you be my partner in life? You know, you’re more than just “i love you”, because you are unlimited love.
For you i bleed myself dry…❤
Comments